Hy..hy guys.. :) niih saya punya informasi tentang galungan, bagi yang belum tau apa itu Hari Raya Galungan bisa baca disini :)
Hari
Raya Galungan
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan
Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku
Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma
(kejahatan).
Rangkaian Hari Raya
Galungan
· Tumpek Wariga
Saniscara
(Sabtu) Kliwon wuku Wariga disebut Tumpek Wariga, atau Tumpek Bubuh, atau
Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah jatuh 25 hari sebelum Galungan.
Pada hari Tumpek Wariga Ista Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara
sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan. Adapun tradisi
masyarakat untuk merayakannya adalahh dengan menghaturkan banten (sesaji) yang
berupa Bubuh (bubur) Sumsum yang berwarna seperti:
a.
Bubuh putih untuk umbi-umbian
b.
Bubuh bang untuk padang-padangan
c.
Bubuh gadang untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara generatif
d.
Bubuh kuning untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara vegetatif
Pada
hari Tumpek Wariga ini semua pepohonan akan disirati tirta wangsuhpada/air suci
yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi banten berupa bubuh tadi
disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh dan diisi sasat.
· Sugihan Jawa
Sugihan Jawa berasal dari 2 kata:
Sugi dan Jawa. Sugi memiliki arti bersih, suci. Sedangkan Jawa berasal
dari kata jaba yang artinya luar. Secara singkat pengertian Sugihan Jawa adalah
hari sebagai pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri
manusia (Bhuana Agung). Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang disebut
Mererebu atau Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
nyomia/menetralisir segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung
disimbolkan dengan pembersihan Merajan, dan Rumah. Pada upacara Ngerebon ini,
dilingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan
Desa akan menghaturkan banten semampunya. Biasanya untuk wilayah pura akan membuat
Guling Babi untuk haturan yang nantinya setelah selesai upacara dagingnya akan
dibagikan kepada masyarakat sekitar. Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis
Wage wuku Sungsang.
· Sugihan Bali
Sugihan Bali memiliki makna yaitu
penyucian/pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit (kata Bali=Wali=dalam). Tata
cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara
fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian
jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat. Sugihan
Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
· Hari Penyekeban
Hari Penyekeban ini memiliki makna
filosofis untuk “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak
melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.Hari Penyekeban ini
dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.
· Hari Penyajan
Penyajan berasal dari kata Saja
yang dalam bahasa Bali artinya benar, serius. Jadi hari penyajan ini memiliki
filosofis untuk memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan. Menurut kepercayaan,
pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh
mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi
menuju Galungan. Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
· Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh sehari
sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari ini
umat akan disibukkan dengan pembuatan [penjor] sebagai ungkapan syukur
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang diterima selama ini,
penjor ini dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian
rupa. Selain membuat penjor umat juga menyembelih babi yang dagingnya akan
digunakan sebagai pelengkap upacara, penyembelihan babi ini juga mengandung
makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya, pada hari Penampahan ini para leluhur
akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia, karena itulah masyarakat
juga membuat suguhan khusus yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, jajanan, buah,
kopi, air, lekesan (daun sirih dan pinang) atau rokok yang ditujukkan kepada
leluhur yang "menyinggahi" mereka di rumahnya masing-masing.
· Hari Raya Galungan
Pagi hari umat telah memulai
upacara untuk Galungan ini. Dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing
hingga ke Pura sekitar lingkungan. Tradisi yang kerap kita jumpai pada Galungan
adalah Tradisi “Pulang Kampung”
, umat yang berasal dari daerah lain, seperti perantauan akan menyempatkan diri
untuk sembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.
Bagi umat yang memiliki anggota
keluarga yang masih berstatus [Makingsan
di Pertiwi] (mapendem/dikubur), maka umat tersebut wajib untuk
membawakan banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra
· Hari Umanis Galungan
Pada umanis Galungan, umat akan
melaksanakan persembahyangan dan dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling
mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
Anak-anak akan melakukan tradisi
ngelawang pada hari ini. Ngelawang adalah sebuah tradisi, dimana anak-anak akan
menarikan barong disertai gambelan dari pintu rumah penduduk satu ke yang
lainnya (lawang ke lawang), penduduk yang mempunyai rumah tersebut kemudian
akan keluar dari rumah sambil membawa canang dan sesari/uang, penduduk percaya
bahwa dengan tarian barong ini dapat mengusir segala aura negatif dan
mendatangkan aura positif. Umanis Galungan jatuh pada hari Kamis Umanis wuku
Dungulan
· Hari Pemaridan Guru
Kata Pemaridan Guru berasal dari
kata Marid dan Guru.Memarid sama artinya dengan ngelungsur/nyurud (memohon) ,
dan Guru tiada lain adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dapat diartikan bahwa
hari ini adalah hari untuk nyurud/ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. Dirayakan pada
Sabtu Pon wuku Galungan.
· Ulihan
Ulihan artinya pulang/kembali.
Dalam konteks ini yang dimaksud adalah hari kembalinya para
dewata-dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah
panjang umur. Dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan.
· Hari Pemacekan Agung
Kata pemacekan berasal dari kata pacek yang artinya tekek (Bhs Bali.) atau tegar.
Makna pemacekan agung ini adalah sebagai simbol keteguhan iman umat manusia
atas segala godaan selama perayaan hari Galungan. Dirayakan pada Senin Kliwon
wuku Kuningan.
· Hari Kuningan
Hari Suci Kuningan dirayakan umat
dengan cara memasang tamiang,kolem, dan endong.Tamiang adalah simbol senjata
Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra, Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa,
sedangkan Endong tersebut adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh
Para Dewata dan Leluhur kita saat berperang melawan adharma. Tamiang kolem
dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran, sedangkan endong
dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
Tumpeng pada banten yang
biasanya berwarna putih diganti dengan tumpeng berwarna kuning yang dibuat dari
nasi yang dicampur dengan kunyit yang telah dicacah dan direbus bersama
minyak kelapa dan daun pandan harum.
Keunikan hari raya Kuningan selain
penggunaan warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai
sebelum jam 12 siang (tengai tepet), sebab persembahan dan persembahyangan
setelah jam 12 siang hanya akan diterima Bhuta dan Kala karena para Dewata
semuanya telah kembali ke Kahyangan. Hal ini sebenarnya mengandung nilai
disiplin waktu dan kemampuan untuk memanajemen waktu. Warna kuning yang identik
dengan hari raya Kuningan memiliki makna kebahagiaan,keberhasilan, dan
kesejahtraan.
· Hari Pegat Wakan
Hari ini adalah runtutan terakhir
dari perayaan Galungan dan Kuningan. Dilaksanakan dengan cara melakukan
persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari Penampahan.
Penjor tersebut dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah. Pegat Wakan
jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah galungan.
Cukup sekian informasi yang dapat saya sharing, semoga bermanfaat untuk teman-teman semua ;)